"Aku bisa menghibur hati
seseorang yang sedang bersedih, kadang aku juga bisa kasih masukan, kritikan
dan saran kepada mereka yang sedang kebingungan atau di landa naik darah.
Kadang aku juga bisa padamkan api merah yang berkobar di hati seseorang.
Tapi aku sendiri bingung, mengapa
aku tak bisa memadamkan sendiri api yang mengobar di hati, tak bisa meraih
jalan terbaik saat aku dikobar api kemarahan. Aku hanya bisa menumpahkannya
saat apiku meluap.
Dan aku pun bingung saat aku dilanda kesedihan, mengapa aku hanya bisa terdiam dan menumpahkan air mata ini. Semakin larut dan semakin terlarut. Ingin bangkit tapi kaki ini terasa terpaku dan tak berdaya.
Dari situ aku bisa mengambil kesimpulan, disaat apiku sedang berkobar pikiranku pun ikut terbakar dan semua hitam pekat, hanya pikiran panas yang ada di otak ini, bukan pikiran yang jernih.
Dan aku pun bingung saat aku dilanda kesedihan, mengapa aku hanya bisa terdiam dan menumpahkan air mata ini. Semakin larut dan semakin terlarut. Ingin bangkit tapi kaki ini terasa terpaku dan tak berdaya.
Dari situ aku bisa mengambil kesimpulan, disaat apiku sedang berkobar pikiranku pun ikut terbakar dan semua hitam pekat, hanya pikiran panas yang ada di otak ini, bukan pikiran yang jernih.
Aku hanya bisa berdo’a “Ya Allah ampunilah dosa hambaMu ini yang tak bisa mengendalikan hawa nafsu, tak bisa sedikit bersabar”
“Di saat bersedih, hanya kepadaMu lah hamba bersandar memohon, meneteskan air mata, bersujud, walaupun hamba tau, sering kali hamba melupakanMu di saat hamba senang gembira, Ampuni dosa Hamba Ya Allah, karna hamba hanya mengingatmu saat hamba bersedih saja. Sekarang hamba sadar hanya kepadaMu-lah hamba menyembah dan hanya kepadaMu lah hamba meminta pertolongan”
No comments:
Post a Comment